Jika ada kesempatan untukku untuk meyakinkan orang lain agar yakin dengan ku, ku rasa kesempatan itu tak akan aku gunakan. Bagiku, untuk apa perlunya kita meyakinkan orang yang menggantungkan sebuah keyakinan atau keraguan berdasarkan dorongan dari orang lain? Untuk apa meyakinkan orang yang bahkan untuk sekadar yakin atau ragu perlu meminta pengaruh orang lain sebelum memutuskan sendiri? Untuk apa sebuah keyakinan orang lain -yang semestinya ia yang putuskan sendiri- mesti bergantung pada usaha kita untuk meyakininnya?
Aku tidak akan memilih berusaha untuk meyakinkan orang lain, hingga ia yang tadinya ragu menjadi yakin karena pengaruh ku. Keyakinan maupun keraguan mengandung tanggung jawab dan konsekuensinya masing-masing. Dan semestinya itu menjadi keputusan yang sangat personal tanpa intervensi orang lain. Memaksakan orang lain menjadi yakin dengan dorongan dari sudut pandang kita kurasa hanya melahirkan keyakinan yang jauh dari paripurna. Dan aku bukan orang yang mau melakukan kesia-siaan semacam itu. Yakin ya yakin saja. Ragu ya ragu saja, jangan pernah meminta orang lain untuk berusaha membuat mu yakin.
Lain hal jika ada seseorang yang sudah yakin dan memintaku untuk menjaga keyakinnya dan mengingatkan terhadap keyakinannya itu. Aku akan dengan senang hati memenuhi permintaan tersebut.
Jika kamu ragu, aku tidak akan berusaha meyakinkan mu tentang apapun. Sekalipun kamu meminta.
Tapi jika kamu yakin, aku yang paling dulu membuatmu lebih yakin, tanpa kamu minta. Sampai kelak kamu tidak pernah menyesali keputusan mu yang telah berani yakin…bersamaku.
Silahkan mengambil jeda untuk meyakinkan diri dulu. Tanpa aku perlu mengemis untuk keyakinanmu. Aku selalu ada di ujung jalan itu:
ujung jalan persis setelah setapak jalan keraguanmu habis.