Di sebuah pantai yang sama
asin dan payau
Merupa payah lenguhmu
Kita menjejaki kerinduan yang sama
Pada mimpi-mimpi yang maha ilusif
Mendetaki kemuakan yang sama
Pada terik realita yang maha destruksif
Disini, cara terbaik untuk mati, katamu?
Kredo yang membuatku hampir gila untuk percaya
Bagaimana kita bisa memilih cara mati,
sementara kita tidak pernah bisa menolak untuk terlahir?
Atau maksudmu, mati yang sebelum mati?
Di sebuah pantai yang sama
Tempat kita berdiri dan terlena pada nyiur-nyiur yang mencipta lulabi
Tempat kita membenam diri dan tertidur pada cakram lembut pasir
yang terus merajuk-membujuk untuk berhenti
Disini adalah saktah terakhir
Untuk diam dan akhirnya mati saja disini,
Atau larung sekuat-kuatnya
Melawan arus, menantang riak yang seragam
Menuju daratan bernama harapan
Jikapun berlarung membuat kita akhirnya tetap mati,
Kita akan mati sebagai patriot yang menyerahkan diri
untuk samudera mimpinya sendiri
Jikapun berlarung membuat kita akhirnya tetap mati,
Kita akan tetap hidup setelah mati itu sendiri
Dan terus menerus menjadi buah bibir diantara mereka
yang pernah berhenti percaya
Bukan hidup untuk sekedar berumur panjang,
dan menjadi abdi bagi kematian yang sebelum kematian
Di sebuah pantai yang sama
Tempat kita memilih mati disini
Atau berlarung sekuat-kuatnya
setelah ini
(Depok, Oktober 2016
setelah beberapa bulan mengalami krisis makna dan kata)